Rabu, 24 Juni 2009

Kepemimpinan Dalam Cermin

kami sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan yang baik dan di berkahi, salam penghormatan penuh kasih dan cinta, salam penghormatan dari yang maha kuasa, Allah swt. Kami haturkan salam ;

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada yang berani menolak diri, bahwa dirinya adalah seorang pemimpin. Anda pun jua. Kita pemimpin. Entah di level mana kita memimpin. Anda sadari ataupun tidak, silakan. Yang jelas kekasih kita menuturkan,”Setiap diri kalian adalah pemimpin, dan setiap diri kalian akan dimintai pertanggung jawaban…”

-oOo-

Saudaraku, jika ada alat yang sangat canggih, yang bisa membaca isi hati manusia, pasti akan aku berikan kepadamu, agar engkau tahu apa yang aku risaukan saat ini. Tapi, ternyata aku belum mendapatkan alat itu. Kecuali kertas dan pulpen sebagai tempat curahan hati. Moga surat terbuka ini bisa memberikan hal baru dalam diri -aku dan Anda-.
Surat, menunjukan keterbatasan yang aku miliki. Ketidak mampuanku untuk bertutur langsung kepada sahabatku. Tapi, ada iklim yang sangat aku dambakan, yaitu keterbukaan dalam bersaudara. Aku mencoba untuk mengawali.
Mahar,
Aku rasa kita perlu mengingat kembali apa yang telah kita lakukan sebagai seorang pemimpin. Mungkin Kita senang jika orang yang kita pimpin selalu melaksanakan tugasnya, dan kita ingin tiap anggota kita Percaya (tsiqoh) kepada kita. Menghormati kita. Menempatkan diri kita pada tempatnya. Kooperatif. Dan Saling peduli. Beginilah, kalau kita mau jujur saat kita memimpin!
Tapi, terkadang kita lupa dengan Mahar kita, kita belum membayar Mahar untuk mereka.
Ya, Mahar untuk mereka.
Sadari, kita terkadang menjadi orang yang egois. Yang ingin di dengar kata-katanya, dipatuhi perintahnya, dikagumi ide besarnya. Tapi, kita belum membayar Mahar. Kita belum memberikan bukti bahwa kita layak untuk di patuhi. Kita belum memunculkan bahwa kita layak untuk didengar. Dan kita belum memberikan sebuah keyakinnan kepada mereka bahwa kita adalah pribadi yang unik, pribadi yang beribadah di malam hari, pribadi yang menjadi teladan islami bagi anggota kita!. Inilah mahar yang harus kita bayar...
Orang yang tidak punya maka tidak dapat memberi.
Inilah slogan dasar pemimpin dalam prinsipnya.

I dan T, (Qiyadatu mukhlishoh wa jundiyatu muthi’ah)
Dua kata yang menurut saya sudah merangkum seluruh makna dan pola kepemimpinan (pemimpin dan bawahan), ketiadaan salah satu darinya memyebabkan permasalahan dalam interaksi, management, system, dan kerja. Tentunya sangat mempengaruhi hasil.
Bagi pemimpin, syarat mutlak yang harus ada dalam dirinya adalah ke-Ikhlasan. Semakin kita merasakan makna ikhlas dalam sebuah pola kepemimpinan, kita semakin layak untuk di katakan sebagai seorang pemimpin. Kita jangan bermimpi jadi seorang pemimpin kalau belum mendapatkan ilmu ikhlas. Kita xcjangan melanjutkan amanah sebagai pemimpin kalau belum bersamanya keikhlasan. Ikhlas akan melahirkan segala hal kebaikan. Dalam tugas misalnya; pemimpin yang ikhlas tidak akan memberikan tugas kecuali sesuai dengan kemampuannya. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Memberi secara proporsional, dll. Dalam interaksi; keikhlasan melahirkan kebersamaan, keterbukaan dalam dada (saling menasihati, dan menerima kenyataan), ukhuwah, tidak terkotori oleh virus-virus ”sahabat kandung” (pacaran). Pahami ilmu ikhlas, Anda akan mendapatkan seni baru dalam kepemimpinan.
Bagi ”bawahan” dan anggota, syarat mutlak bagi mereka adalah ke-Ta’atan. Saat kita tahu betul keikhlasan dan kebersihan pemimpin, satu hal yang tidak akan lepas dari kita selaku anggota : ketaatan untuk melaksanakan. Jikalau kita tahu keikhlasan dan kapsitas pemimpin kita, dan kita tidak taat kepadanya, maka dapat dipastikan kita bermasalah, tidak layak bergabung dengan gerbong ini.

Hadits,
Rasulullah SAW pernah bersabda : “Orang yang bakal paling dikasihi oleh Allah dan yang paling dekat di sisi-Nya kelak pada hari berhisab ialah pemimpin yang adil, dan orang yang bakal paling dibenci Allah pada hari berhisab dan bakal menerima siksa azab yang sangat pedih adalah para pemimpin yang dzalim.” (HR Tirmidzi).

5kasih n 5aafkan, aku lega…